
Peradaban yang semakin maju dengan tuntutan biaya kehidupan dalam berbagai bidang, membuat semua orang ingin mendapatkan pekerjaan yang layak di masa yang akan datang. Biaya hidup yang semakin meningkat dibarengi dengan kesempatan yang ada membuat perempuan ingin terlibat dalam emansipasi wanita yakni salah satunya dengan bekerja. Perkembangan ini turut serta memudarkan peran sosial antara laki-laki dan perempuan. Saat ini perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Selama ini peran utama sebagai pencari nafkah adalah laki-laki sebagai suami sekaligus sebagai kepala rumah tangga.
Namun, kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan dalam bidang pendidikan dan kesempatan besar untuk bekerja, masih menyisakan permasalahan yang memprihatinkan, yaitu peran serta kaum perempuan belum dioptimalkan.
Faktor penghalang bagi perempuan untuk dapat eksis di dunia kerja adalah pertama, hambatan fisik karena adanya tugas kodrati seperti mengandung, melahirkan dan menyusui. Kedua hambatan teologis yaitu keyakinan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki sehingga harus mengabdi. Ketiga, hambatan sosial budaya dalam bentuk munculnya stereotip dimana perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, pasif, emosional dan tergantung. Keempat, hambatan sikap pandang, perempuan dipandang sebagai makhluk rumah sedangkan laki-laki adalah makhluk luar rumah. Terakhir hambatan historis yakni kurangnya nama perempuan dalam sejarah masa lampau. Kondisi seperti ini menyebabkan munculnya ketakutan akan kesuksesan pada diri perempuan yang lebih dikenal dengan istilah fear of success.
Fear of success merupakan suatu kekhawatiran atau ketakutan individu akan kemungkinan adanya konsekuensi negatif dari masyarakat seperti hilangnya sifat kewanitaan (loss of feminity), kehilangan penghargaan (loss of social self esteem), dan penolakan sosial (loss of social rejection).
Perempuan merasa takut kehilangan cinta dan di anggap tidak feminin menjadi alasan kuat munculnya fear of success. Fear of success (ketakutan akan kesuksesan pada perempuan yang bekerja dapat ditinjau dari konflik peran ganda dan hardiness yang dimiliki.
Peran ganda
Peran ganda yang dijalani perempuan, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai perempuan yang bekerja dapat menimbulkan konflik. Konflik bisa berupa konflik intrapersonal maupun konflik interpersonal. Konflik yang bekepanjangan dapat menyebabkan respon fisiologis, psikologis dan tingkah laku sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap situasi yang mengancam. Salah satunya adalah mengalami ketakutan akan kesuksesan dimasa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi konflik peran ganda pada mayoritas perempuan yang bekerja. Dan hal tersebut juga mengakibatkan timbulnya fear of success pada mereka. Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) pada perempuan yang bekerja tidak hanya disebabkan oleh faktor yang ada di dalam perusahaan atau instansi bekerja, tetapi juga karema permasalahan yang ada di dalam keluarga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah tangga.
hardliness
Hardliness adalah karakteristik kepribadian yang mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan pada saat individu menemui kejadian yang menimbulkan stres. Salah satunya mengalami ketakutan akan kesuksesan. Individu yang memiliki hardiness mempunyai keinginana hidup dan komitmen terhadap pekerjaan yang tinggi, pengendalian perasaan yang besar dan lebih terbuka terhadap perubahan juga terhadap tantangan hidup. Individu cenderung menginterpretasikan pengalaman hidup yang pahit sebagai aspek yang normal. Dan merupakan bagian dari kehidupan yang keseluruhannya menarik dan bermanfaat.
Kesimpulannya, semakin tinggi konflik peran ganda yang dialami oleh perempuan yang bekerja maka semakin tinggi pula fear of success yang dialami. Kedua terdapat hubungan negatif antara hardiness dengan fear of success pada perempuan bekerja. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat hardiness maka fear of success pada perempuan yang bekerja semakin rendah.